Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola cuaca dan suhu global yang terjadi akibat peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca tersebut dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, penebangan hutan, dan produksi industri. Emisi gas rumah kaca dapat menyebabkan pemanasan global dan mengubah pola cuaca, yang dapat menyebabkan perubahan dramatis pada lingkungan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia.
Sejarah perubahan iklim dapat dilacak kembali ke zaman prasejarah ketika tingkat karbon dioksida di atmosfer hanya sekitar 280 ppm (part per million). Namun, sejak Revolusi Industri pada abad ke-18, tingkat emisi gas rumah kaca terus meningkat, terutama setelah munculnya mobil, pesawat terbang, dan industri besar-besaran. Sejak 1880-an, suhu global rata-rata telah meningkat sekitar 1 derajat Celcius dan diperkirakan akan terus meningkat.
Perubahan iklim telah menyebabkan berbagai dampak yang signifikan, seperti peningkatan suhu di seluruh dunia, pencairan es laut dan gunung es, peningkatan tinggi permukaan laut, dan perubahan pola cuaca yang ekstrim seperti kekeringan, banjir, dan badai yang lebih sering terjadi. Dampak ini dapat berdampak pada kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan secara keseluruhan.
'Namun tidak semua orang percaya bahwa perubahan iklim benar-benar terjadi'
Perdebatan mengenai perubahan iklim telah menjadi topik yang sangat penting dan kontroversial dalam beberapa tahun terakhir. Sementara mayoritas ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan disebabkan oleh aktivitas manusia, masih ada sejumlah orang yang tidak setuju dengan pandangan ini.
Namun, mayoritas ilmuwan dan organisasi ilmiah besar di seluruh dunia menyatakan bahwa bukti yang ada menunjukkan bahwa perubahan iklim saat ini disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama peningkatan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.
Beberapa contoh dari bukti ini meliputi:
Peningkatan suhu global rata-rata selama beberapa dekade terakhir.
Beberapa orang berpendapat bahwa perubahan iklim mungkin hanya merupakan bagian dari siklus alamiah yang sudah terjadi selama sejarah Bumi. Namun, bukti menunjukkan bahwa suhu global rata-rata memang meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir dan hal ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan faktor alamiah.
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan NASA, 2020 merupakan tahun terpanas kedua yang pernah tercatat dalam sejarah, sedangkan 2016 tetap sebagai tahun terpanas. Selama beberapa dekade terakhir, suhu rata-rata permukaan Bumi meningkat sekitar 0,8°C, dan sebagian besar kenaikan ini terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
Peningkatan suhu ini telah berdampak pada lingkungan dan kehidupan manusia. Misalnya, suhu yang lebih tinggi telah mempercepat pencairan es di kutub dan pegunungan, menyebabkan naiknya permukaan laut, dan memperburuk kekeringan dan banjir di berbagai belahan dunia. Selain itu, peningkatan suhu juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia, seperti meningkatkan risiko terkena penyakit terkait panas dan merusak produksi pangan.
Mayoritas ilmuwan sepakat bahwa peningkatan suhu global yang terjadi saat ini disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Emisi ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, yang memperkuat efek rumah kaca alami dan menyebabkan pemanasan global. Meskipun variabilitas alamiah dalam iklim memang ada, bukti menunjukkan bahwa peningkatan suhu global yang terjadi saat ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan faktor alamiah saja.
Peningkatan laju pencairan es laut dan es gunung.
Ada peningkatan laju pencairan es laut dan es gunung yang terjadi akibat perubahan iklim. Berdasarkan data dari National Snow and Ice Data Center (NSIDC), luas minimum es laut Arktik pada musim panas terus menurun secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun 2020, luas minimum es laut mencapai titik terendah kedua sepanjang sejarah pengamatan modern, dengan luas sekitar 3,74 juta km². Pemanasan global juga menyebabkan pencairan es gunung di seluruh dunia, termasuk di pegunungan seperti Himalaya, Andes, dan Alpen.
Pencairan es laut dan es gunung dapat mempengaruhi lingkungan dan kehidupan manusia di beberapa cara. Pencairan es laut, misalnya, dapat menyebabkan naiknya permukaan laut, yang dapat mempengaruhi ekosistem laut dan bahkan menenggelamkan pulau-pulau kecil. Pencairan es gunung dapat mengakibatkan tanah longsor dan banjir bandang, mengancam keselamatan dan kehidupan manusia serta merusak fasilitas dan infrastruktur.
Peningkatan laju pencairan es laut dan es gunung ini merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim, yang disebabkan oleh peningkatan suhu global yang diakibatkan oleh emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia. Meskipun ada ketidakpastian dalam model iklim dan data yang digunakan untuk memprediksi perubahan iklim, mayoritas ilmuwan sepakat bahwa tindakan harus diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju perubahan iklim.
Perubahan pola cuaca yang tidak biasa, seperti kekeringan, banjir, dan badai yang lebih sering terjadi.
Perubahan iklim telah menyebabkan perubahan pola cuaca yang tidak biasa, seperti kekeringan, banjir, dan badai yang lebih sering terjadi. Kekeringan yang lebih sering terjadi, misalnya, dapat mengakibatkan masalah dalam produksi pangan, meningkatkan risiko kebakaran hutan, dan memperburuk masalah krisis air. Banjir yang lebih sering terjadi juga dapat merusak infrastruktur dan tempat tinggal manusia, serta mengancam keselamatan dan kesehatan manusia. Badai yang lebih sering terjadi dapat menyebabkan kerusakan pada properti dan mengancam keselamatan dan kehidupan manusia.
Berdasarkan laporan IPCC 2021, pola cuaca ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan badai telah meningkat di banyak bagian dunia dan diperkirakan akan terus meningkat di masa depan jika emisi gas rumah kaca tidak dikurangi. Perubahan ini terkait dengan peningkatan suhu global, yang dapat mempengaruhi sirkulasi udara dan arus laut di atmosfer dan samudra.
Meskipun perubahan pola cuaca dapat terjadi secara alamiah, peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem yang terjadi saat ini tidak dapat dijelaskan secara alamiah saja. Sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah penyebab utama perubahan pola cuaca ekstrem. Oleh karena itu, tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca diperlukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada pola cuaca.
Peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer, yang telah terbukti berasal dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil.
Terjadi nya peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer, yang terbukti berasal dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil. Gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oxide (N2O), berfungsi sebagai penangkap panas di atmosfer bumi. Gas-gas ini terus bertambah jumlahnya di atmosfer karena aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan pertanian intensif, yang membebaskan gas-gas ini ke atmosfer.
Menurut laporan IPCC 2021, konsentrasi CO2 di atmosfer pada tahun 2019 telah mencapai 410 ppm (parts per million), level tertinggi dalam sekitar 2 juta tahun terakhir. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca lainnya seperti CH4 dan N2O juga telah terbukti berasal dari aktivitas manusia.
Peningkatan kadar gas rumah kaca dapat menyebabkan peningkatan suhu global, yang pada gilirannya memicu perubahan iklim seperti yang dijelaskan pada poin 1, 2, dan 3 di atas. Meskipun masih ada ketidakpastian dalam model iklim dan prediksi yang digunakan untuk memperkirakan dampak perubahan iklim di masa depan, sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sangat penting untuk memperlambat laju perubahan iklim dan mengurangi dampaknya. Ini bisa dilakukan dengan cara mengurangi konsumsi energi fosil dan mempercepat penggunaan energi terbarukan, serta dengan mengadopsi praktik pertanian dan kehutanan yang lebih berkelanjutan.
Argumen mereka yang pro tentang Perubahan Iklim
Para pendukung perubahan iklim berpendapat bahwa tindakan konkret harus diambil sekarang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi dampak perubahan iklim. Berikut adalah beberapa argumen utama yang digunakan oleh mereka yang pro untuk mengatasi masalah perubahan iklim:
1. Investasi dalam energi terbarukan: Mereka yang pro untuk mengatasi perubahan iklim berpendapat bahwa investasi dalam energi terbarukan, seperti tenaga angin, matahari, dan hidro, harus diprioritaskan untuk menggantikan energi fosil yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Energi terbarukan dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan keamanan energi, serta mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon.
2. Mendorong transportasi berkelanjutan: Mereka, juga menyarankan untuk mendorong transportasi berkelanjutan, seperti transportasi umum, sepeda, dan berjalan kaki, untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan jaringan transportasi umum dan jalur sepeda, memberikan insentif kepada pengendara untuk menggunakan transportasi berkelanjutan, serta memperkenalkan regulasi untuk mengurangi emisi kendaraan.
3. Meningkatkan efisiensi energi: Perlunya menekankan pentingnya peningkatan efisiensi energi di berbagai sektor, seperti bangunan dan industri. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta dengan mengurangi limbah dan penggunaan energi yang tidak perlu.
4. Menanam kembali hutan: Menanam kembali hutan yang telah hilang dan memperkuat praktik kehutanan yang berkelanjutan. Hutan berfungsi sebagai penyerap karbon alami, sehingga menanam kembali hutan dapat membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
5. Mendorong kerjasama internasional: Pentingnya kerjasama internasional dalam mengatasi perubahan iklim. Ini dapat dilakukan dengan memperkuat kesepakatan internasional seperti Persetujuan Paris tentang Perubahan Iklim, yang mendorong negara-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan bekerja sama dalam mengatasi perubahan iklim. Kerjasama internasional juga dapat membantu negara-negara yang lebih miskin untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperkuat ketahanan terhadap dampak perubahan iklim.
Selain mereka yang pro terhadap perubahan iklim, Ada beberapa argumen yang digunakan oleh mereka yang tidak setuju tentang perlunya tindakan untuk mengatasi perubahan iklim. Berikut adalah beberapa argumen utama yang digunakan oleh mereka yang tidak setuju:
1. Ketidakpastian ilmiah: Beberapa orang tidak yakin bahwa perubahan iklim terjadi atau bahwa manusia berkontribusi pada perubahan tersebut. Mereka berpendapat bahwa masih ada ketidakpastian dalam penelitian ilmiah tentang perubahan iklim dan bahwa faktor alamiah seperti aktivitas vulkanik dan perubahan siklus matahari juga dapat mempengaruhi perubahan iklim. Karenanya mereka perlu adanya data terbaru mengenai masalah ini.
2. Biaya ekonomi yang tinggi: Beberapa orang juga berpendapat bahwa tindakan untuk mengatasi perubahan iklim akan sangat mahal dan akan berdampak buruk pada ekonomi. Mereka berpendapat bahwa perusahaan dan masyarakat akan kesulitan untuk menangani biaya yang diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beralih ke energi terbarukan. Hal ini membuat mereka yang kontrak terhadap perubahan iklim merasa bahwa hanya membuang-buang uang untuk hal yang masih belum jelas.
3. Mengurangi pertumbuhan ekonomi: Beberapa orang khawatir bahwa tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Mereka berpendapat bahwa kebijakan yang terlalu ketat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dapat membatasi inovasi dan pertumbuhan ekonomi.
4. Kerugian kompetitif: Beberapa orang juga khawatir bahwa tindakan untuk mengatasi perubahan iklim dapat membuat suatu negara kehilangan keunggulan kompetitif. Mereka berpendapat bahwa negara-negara yang menerapkan kebijakan yang lebih ketat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca akan mengalami kerugian kompetitif dan industri mereka akan beralih ke negara-negara yang memiliki regulasi yang lebih ringan.
5. Kesulitan dalam mengatasi masalah: Beberapa orang berpendapat bahwa perubahan iklim adalah masalah yang sangat kompleks dan sulit untuk diatasi. Mereka berpendapat bahwa tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim memerlukan kerjasama internasional yang kuat dan koordinasi yang sulit, serta perubahan besar-besaran dalam kebiasaan dan praktik manusia.
Dalam rangka mengatasi masalah perubahan iklim, diperlukan kerja sama internasional dan tindakan yang tegas dari pemerintah, perusahaan, dan individu di seluruh dunia.
Perubahan iklim adalah masalah global yang sangat kompleks dan penting untuk diatasi. Peningkatan suhu global, pencairan es laut dan es gunung, perubahan pola cuaca yang tidak biasa, serta peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer adalah beberapa bukti yang menunjukkan bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan memerlukan tindakan yang serius. Meskipun demikian, masih ada orang yang tidak setuju tentang perlunya tindakan untuk mengatasi perubahan iklim. Argumen mereka meliputi ketidakpastian ilmiah, biaya ekonomi yang tinggi, pengurangan pertumbuhan ekonomi, kerugian kompetitif, dan kesulitan dalam mengatasi masalah. Namun, mayoritas ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim adalah masalah nyata dan bahwa tindakan harus diambil untuk mengurangi dampaknya. Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi yang dapat mengatasi perubahan iklim tanpa merusak ekonomi atau kepentingan kompetitif negara.
Bagaimana dengan Kalian? apakah kalian mendukung adanya kebijakan yang mengatur terkait perubahan iklim? Atau justru kalian tidak setuju dengan adanya kebijakan tersebut? Dan yang lebih penting apakah perubahan iklim itu nyata?
Berikan komentar kalian…
Source:
https://indonesia.un.org/id/172909-apa-itu-perubahan-iklim
https://indonesiabaik.id/infografis/mengenal-perubahan-iklim-faktor-dan-dampaknya
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/climate-change-and-health