Kesalahan berfikir sering kali ditemukan dalam komunikasi sehari-hari |
Pernahkah kalian merasa kesal bahkan marah karena lawan bicara kalian hanya berputar-putar saja dalam menyampaikan argumennya? Atau sering sekali mendapati kesimpulan dari banyak orang tentang sesuatu, yang sebetulnya belum tentu benar karena tidak disertai bukti jelas atau bahkan sama sekali berlawanan dan salah? Jika iya, maka kamu bukan satu-satunya. Pasalnya, ada banyak orang yang tidak menyadari bahwa dia sedang mengalami kesalahan berpikir. Atau bahkan, diri kita juga.
Logical fallacy atau kesalahan berpikir adalah sebuah cara memberikan pendapat dan menyimpulkan dengan logika yang buruk atau penalaran yang salah. Biasanya tidak disertai dengan bukti yang jelas. Jika kesalahan menggunakan logika atau nalar tidak dikenali bahkan sengaja dipelihara, maka akan ada banyak kekacauan yang akan sulit dicari akar permasalahannya dan dipecahkan.
1. Ad hominem
Ia berasal dari bahasa latin ad hominemis yang berarti melawan personalnya. Kesalahan logika jenis ini sangat sering ditemui pada kehidupan sehari-hari. ad hominem dapat kita lihat dari pendapat atau kritik yang disampaikan dan dikaitkan pada sesuatu yang tidak relevan dengan konteksnya seperti fisik, karakter, latarbelakang, dan masih banyak lagi. Sehingga kesalahan logika jenis ini biasanya akan sering menjurus pada suatu penghinaan.
Contoh : Orang itu sebelumnya adalah buruh, sedangkan ekonomi negara kita sedang dalam kesulitan. Maka, orang itu tidak akan mampu memimpin negara yang sedang dalam kesulitan ekonomi seperti ini karena dia hanya seorang yang berasal dari buruh.
2. Ad Populum (SEMAKIN BANYAK, SEMAKIN BENAR)
Kesalahan logika jenis ini juga sangat sering kita jumpai dalam sehari-hari. Pasalnya untuk membuktikan bahwa suatu hal yang ada itu benar, hanya dibutuhkan seberapa banyak orang yang menyetujui dan membenarkannya. Jika banyak, berarti benar dan jika sedikit berarti salah. Sehingga, jenis kesalahan berpikir ini akan sangat menyesatkan dan membuat sebuah fakta atau kebenaran tertutupi hanya karena sedikit yang mengakui dan menyepakatinya.
Contoh : pemerintah mengesahkan Omnibus Law sebagai solusi dalam menciptakan ketenagakerjaan, banyak pengusaha yang menyepakati Omnibus Law sebagai solusi dalam permasalahan ketenagakerjaan, artinya Omnibus Law adalah solusi tepat untuk permasalahan ketenagakerjaan karena banyak pengusaha menyepakatinya.
3. Ad Verecundiam (PEJABAT PASTI BENAR)
Kesalahan logika jenis ini biasanya menjadikan seseorang membenarkan suatu hal yang keluar dari seseorang bukan karena itu ilmiah, melainkan karena kedudukan atau jabatan dari seseorang tersebut. Jenis kesalahan logika seperti ini dapat menjerumuskan seseorang kepada fanatisme atau taklid buta (kondisi dimana seseorang membenarkan apa yang dipercaya dari seorang tokoh dan menganggap bahwa dialah yang paling benar).
Contoh : Presiden mengatakan kita harus memusuhi komunisme karena anti agama, maka seluruh masyarakat membenarkan dan mempraktekkannya karena hal itu keluar dari mulut seorang presiden.
4. Ad Antiquitatem (NENEK MOYANG SELALU BENAR)
Menganggap suatu hal benar dikarenakan telah dipraktekkan, dilakukan secara turun temurun, sejak zaman nenek moyang, atau bisa disebut dengan tradisi yang telah diwariskan sejak dahulu dan tidak mampu dibantah atau ditentang meskipun berlainan dengan logika. Hal ini biasa terjadi pada masyarakat yang terdampak dengan pengaruh dogma atau masyarakat penganut kepercayaan animisme. Kesalahan berpikir macam ini, akan mengantarkan kita pada kesesatan dan perlunya untuk kita segera introspeksi diri dan memperbaiki cara berpikir kita.
Contoh : seorang istri tidak boleh bekerja di luar rumah karena akan menyebabkan rusaknya rumah tangga. Hal tersebut adalah benar adanya karena hal tersebut sudah dilakukan sejak nenek moyang kita hidup.
5. Ad Novitatem (YANG BARU PASTI BENAR)
Berlainan dengan jenis kesalahan berpikir nomor 4, cara berpikir bahwa setiap hal yang baru ada tidak pernah salah dan pasti sempurna tanpa disertai dengan bukti ilmiah atau penelitian adalah suatu kesalahan berpikir yang fatal. Hal ini biasanya kita dapati dalam keseharian kita tanpa sadar pada kondisi-kondisi tertentu, khususnya pada saat kedatangan dengan suatu hal baru.
Contoh : Banyak sekali pengusaha asing yang baru masuk ke Indonesia untuk berinvestasi, mereka pasti baik dan menginginkan agar kita menjadi bangsa yang maju.
CARA MENGHINDARI KESALAHAN BERPIKIR
Berpikir adalah suatu pekerjaan mendasar bagi seluruh manusia, karena setiap harinya kita akan selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan dan persoalan yang perlu diselesaikan. Untuk itu, pentingnya bagi kita untuk tidak menerima berbagai hal yang hadir dalam hidup kita secara mentah-mentah.
Sebagai penutup, saya akan menyertakan beberapa poin cara menghindari kesalahan dalam berpikir
1. Kita perlu mengetahui dan mempelajari macam-macam jenis kesalahan berpikir agar dapat terhindar darinya.
2. Saat hendak berargumen atau pernyataan, biasakan untuk membuat atau mencatat poin-poin penting terlebih dahulu agar apa yang hendak disampaikan terstruktur dan tidak berantakan.
3. Memeriksa kembali berbagai kesimpulan dari apa yang kita telah keluarkan. Hal ini memungkinkan kita untuk dapat meralatnya bila ternyata terdapat kesalahan yang tidak diinginkan.
4. Biasakan untuk memiliki rujukan yang sesuai dengan konteks beserta bukti riil pada saat mengeluarkan argumen atau melakukan klaim.