Setiap tahun di tanggal 22 April, seluruh negara dunia memperingati Hari Bumi atau Earth Day. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kembali kesadaran manusia agar lebih peduli terhadap lingkungan atau bumi yang menjadi tempat tinggal manusia. Pada tahun ini, peringatan Hari Bumi 2022 mengusung tempat berupa Invest in Our Planet. Di mana tema tersebut mengajak semua orang menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian investasi di masa mendatang.
Isu lingkungan serta perubahan iklim rupanya masih menjadi sorotan dan gerakan yang terus menerus digaungkan. Hal ini lantaran krisis iklim semakin cepat pada tingkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Adapun krisis mempunyai banyak faktor yang justru berperan aktif dalam memperburuknya. Ada beberapa di antaranya yang membutuhkan perhatian lebih jika dibandingkan dengan hal lain.
Baca juga: Masalah Lingkungan di Indonesia
Masalah Lingkungan Terbesar di Bumi Terbaru
Tidak hanya satu, mirisnya ada beberapa masalah di lingkungan yang terbesar dan masih saja terjadi dalam kehidupan manusia. Ketika peringatan Hari Bumi sudah lewat sekalipun, ada baiknya manusia tetap menjaga lingkungan agar senantiasa bersih dan nyaman untuk ditinggali. Lantas apa saja masalah lingkungan terbesar dan masih terjadi di bumi tahun ini? Berikut ada informasi selengkapnya untuk Anda.
1. Pemanasan Global yang berasal Dari Bahan Bakar Fosil
CO2 PPM berada di 418 bagian per juta serta kenaikan suhu global mencapai 1,1 derajat celcius dibandingkan dengan tingkatan pra industri. Adanya peningkatan emisi gas rumah kaca sudah menyebabkan suhu menjadi meningkat, yang mana ini menyebabkan peristiwa bencana di semua negara dunia. Misalnya saja Australia dan Amerika Serikat mengalami sejumlah kebakaran hutan dahsyat yang pernah tercatat.
Selain itu ada juga belalang berkerumun di beberapa negara bagian Afrika, Asia sampai Timur Tengah yang menghancurkan tanaman. Bahkan para ilmuwan memperingatkan bahwa bumi ini sudah melewati serangkaian titik kritis yang bisa berpotensi timbulnya konsekuensi bencana. Tetapi sebuah penelitian menemukan bahwa jika semua emisi gas rumah kaca bisa dihentikan pada 2020, adanya pemanasan global hanya akan berhenti di sekitar tahun 2033 mendatang.
Dengan demikian sangat penting bagi manusia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Beruntung tahun ini akan ada serapan tertinggi berupa proyek energi terbarukan di seluruh dunia.
2. Tata Kelola yang Tergolong Buruk
Menurut ekonom Nicholas Stern, krisis iklim merupakan akibat dari bermacam kegagalan pasar. Pemerhati lingkungan dan ekonom sudah mendesak pembuatan kebijakan sampai bertahun-tahun lamanya untuk menaikkan harga aktivitas yang mengeluarkan gas rumah kaca dan kekurangannya sendiri merupakan kegagalan pasar paling besar.
Misalnya saja melalui pajak karbon yang nantinya merangsang inovasi di dalam teknologi karbon. Saat ini pajak karbon nasional sudah diterapkan di sebanyak 27 negara dunia termasuk sejumlah negara di Uni Eropa, Singapura, Kanada, Jepang, Argentina dan Ukraina.
Baca juga: Perubahan gaya hidup pasca pandemi
3. Sampah Sisa Makanan
Satu pertiga dari makanan yang ditujukan untuk konsumsi manusia sekitar 1.3 miliar ton justru terbuang. Padahal jumlah tersebut cukup untuk memberi makan sebanyak 3 miliar orang. Kerugian dan limbah makanan menyumbang sebanyak 4.4 gigaton emisi gas rumah kaca di setiap tahun. Apabila itu menjadi sebuah negara, maka limbah makanan akan menjadi penghasil gas rumah kaca paling tinggi ketiga tepat di belakang Cina dan Amerika Serikat.
Kehilangan dan pemborosan makanan terjadi di tahap berbeda antara negara berkembang serta negara maju. Di negara berkembang misalnya, 40% sisa makanan ada di tingkat pengolahan dan pasca panen. Sementara itu di negara maju, sebesar 40% sisa makanan berada di tingkat konsumen dan ritel.